Sejarah Amenhotep iv

Akhenaten dieja Echnaton,AkhenatonIkhnaton, dan Khuenaten artinya "roh Aten yang hidup") dikenal sebelum tahun ke-5 pemerintahannya sebagai Amenhotep IV (kadang ditulis dengan bentuk Yunani, Amenophis IV, dan berarti Amun dipuaskan), adalah firaun dinasti ke-18 Mesir, terutama dikenal karena mengubah sistem agama Mesir menjadi monoteistis dengan menyembah dewa Aten. Ia adalah anak Amenhotep III dengan istrinya Tiye dan bukan anak laki-laki tertua ayahnya. Ia mulanya tidak direncanakan menjadi raja sampai kakak laki-lakinya Tuthmose meninggal.
Amenhotep IV menjadi raja setelah ayahnya Amenhotep III wafat setelah memerintah 38 tahun. Istri utama Akhenaten adalah Nefertiti, yang sekarang terkenal karena patungnya di Altes Museum Berlin.
Amenhotep IV dimahkotai di Thebes dan disanalah ia mulai membangun. Ia menghiasi gerbang selatan menuju daerah kuil Amun-Re dengan gambar dirinya menyembah Re-Harakhti. Segera ia memerintahkan pembangunan kuil untuk dewa Aten di Karnak Timur. Kuil ini disebut Gempaaten(“Aten yang ditemukan dalam tanah milik Aten”). Gempaaten terdiri dari sejumlah bangunan, termasuk istana dan bangunan bernama Hwt Benben yang dipersembahkan kepada ratu Nefertiti. Sejumlah kuil Aten yang dibangun di Karnak dalam periode ini termasuk Rud-menu dan Teni-menu yang dibangun dekat Pylon ke-9. Selama waktu ini ia tidak menekan penyembahan Amun, dan Imam Besar Amun masih aktif pada tahun ke-4 pemerintahannya. The king appears as Amenhotep IV dalam makam-makam sejumlah bangsawan di Thebes: Kheruef (TT192), Ramose(TT55) dan makam Parennefer (TT188).
Penampilan terkahir Akhenaten dan keluarga Amarna adalah di makam Meryra II, yang bertanggalkan bulan ke-2 tahun ke-12 pemerintahannya. Pada bulan Desember 2012, diumumkan bahwa inskripsi Tahun 16 III Akhet day 15 memuat penanggalan eksplisit pemerintahan Akhenaten yang juga menyebutkan kehadiran ratu Nefertiti yang masih hidup, dan inksripsi ini ditemukan dalam tambang batu kapur di Deir el-Bersha sebelah utara Amarna. Tulisan itu menyangkut proyek pembangunan di Amarna dan memberi bukti bahwa Akhenaten dan Nefertiti masih hidup sebagai pasangan kerajaan setahun sebelum matinya Akhenaten.

Meskipun diterima bahwa Akhenaten mati pada tahun ke-17 pemerintahannya, muncul pertanyaan apakah Smenkhkare menjadi raja muda mungkin dua atau tiga tahun sebelumnya atau menjadi raja tunggal untuk beberapa waktu dan ini belum jelas. Jika Smenkhkare menggantikan Akhenaten, dan menjadi firaun tunggal, pemerintahannya tidaklah sampai setahun. Pengganti berikutnya adalah Neferneferuaten, seorang firaun perempuan yang memerintah Mesir selama 2 tahun dan 1 bulan. Ia kemudian digantikan oleh Tutankhaten (kemudian berganti nama menjadi Tutankhamun), sementara negara diatur oleh perdana menteri (Vizier) utama yang kemudian menjadi firaun, Ay. Tutankhamun diyakini sebagai adik laki-laki Smenkhkare dan putra Akhenaten, dengan Kiya meskipun ada pakar yang menduga Tutankhamun mungkin saja putra Smenkhkare. Tes DNA pada tahun 2010 mengindikasikan bahwa Tutankhamun benar adalah putra Akhenaten. Diduga setelah matinya Akhenaten, Nefertiti memerintah dengan nama Neferneferuaten tetapi pakar-pakar lain percaya pemimpin wanita ini adalah Meritaten. Sebuah stela "Pemerintahan Bersama" (Co-Regency Stela), yang ditemukan dalam sebuah makam di Amarna kemungkinan menunjukkan ratu Nefertiti sebagai raja bersama, memerintah bersama Akhenaten, tetapi tidak pasti karena nama-namanya dihapus dan diukir menjadi Ankhesenpaaten dan Neferneferuaten.
Dengan kematian Akhenaten, ibadah dewa Aten yang didirikannya lambat laun kehilangan pengikut. Tutankhaten mengganti namanya menjadi Tutankhamun pada tahun ke-2 pemerintahannya dan meninggalkan kota Akhetaten, yang akhirnya menjadi puing-puing. Penggantinya, Ay dan kemudian Horemheb, membongkar kuil yang dibangun Akhenaten, termasuk kuil di Thebes, menggunakan bahannya untuk membangun kuil bagi mereka sendiri.
Akhirnya, Akhenaten, Neferneferuaten, Smenkhkare, Tutankhamun, dan Ay dihapus dari daftar resmi firaun, sehingga hanya dilaporkan bahwa Amenhotep III langsung digantikan oleh Horemheb. Ini dianggap upaya Horemheb untuk menghapus jejak penyembahan Atenisme dan para firaun yang berhubungan dari catatan sejarah. Nama Akhenaten tidak pernah muncul di daftar raja-raja yang dibuat firaun-firaun sesudahnya dan baru di akhir abad ke-19 identitasnya ditemukan kembali dan catatan pemerintahannya disusun lagi oleh para arkeolog.
David Rohl mendapatkan argumen kuat mengenai tahun pemerintahan Akhenaten yang berbeda dengan kronologi konvensional (yang diperkirakan berdasarkan penyamaan "Sisak" dengan "Shoshenq I"). Argumen ini didasarkan pada gerhana matahari yang terjadi pada sore hari menjelang matahari terbenam (~pukul 18:09) pada tanggal 9 Mei 1012 SM, yang terlihat di kota kuno Ugarit. Kejadian sangkat langka ini didapatkan tanggalnya dengan perhitungan terbalik astronomi berdasarkan catatan pada Tablet KTU-1.78, dan berkaitan dengan terbakarnya istana raja Nikmaddu II, penguasa Ugarit, yang disebut-sebut dalam salah satu Surat Amarna (EA 151) yang dikirimkan oleh Abimilku, penguasa Tirus kepada Akhenaten pada tahun ke-12 pemerintahan Akhenaten, beberapa bulan setelah ayahnya, Amenhotep III, mangkat. Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Akhenaten dinobatkan menjadi raja muda untuk memerintah bersama ayahnya pada tahun 1022 SM. Amenhotep III mangkat pada tahun ke-11 pemerintahan bersama dengan Akhenaten dan sejak tahun ke-12, Akhenaten memerintah sebagai penguasa tunggal Mesir.

Sumber : Wikipedia.com



 
powered by Blogger | For Blogservices